Pengarang : Anas bin Muhammad As Salim
Penerjemah : Ust. Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : At Tibyan - Solo
Halaman : 172 halaman
"Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (At
Taghaabun : 11).
Demikian buku ini membuka dirinya dengan mengutip ayat Al Qur'an.
Buku ini mengajarkan kepada kita tentang sabar dan keridhaan atas kehendak
Allah Jalla wa 'ala. Berisi tentang ayat ayat tentang kesabaran, hadits
hadits yang berbicara mengenai kesabaran, dan ucapan shahabat dan salafus
shalih tentang ridha dan sabar. Kemudian berlanjut dengan kisah kisah yang
penuh hikmah dan nasihat seputar kesabaran dan keridhaan atas kehendak
Allah.
Inilah kutipan sebagiannya dengan meringkas.
[Ayat Ayat yang Berbicara Tentang Kesabaran]
--------------------------------------------
"Hai orang orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada
Allah supaya kamu beruntung." (Q.S. Ali Imran : 200).
"Hai orang orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar." (Q.S. Al
Baqarah: 153).
"Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang sabar
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. An
Nahl: 96).
"Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
tanpa batas." (QS. Az Zumar: 10).
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang orang yang sabar, (yaitu) orang orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan : 'Innaa lillahi wa inna ilaihi
raaji'uun'. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk."
(QS. Al Baqarah : 155 - 157).
[Hadits Hadits yang Berbicara Tentang Kesabaran]
------------------------------------------------
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik
baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila
mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan
apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya." (HR.
Muslim no. 2999).
"Tidaklah seorang muslim tertimpa kesulitan, penyakit, kesusahan, kesedihan,
gangguan dan duka cita sehingga duri yang menusuknya kecuali Allah akan
menjadikan itu semua sebagai penghapus dosa dosanya." (HR. Bukhari (X/5641
dan 5642) dan Muslim (2573) ).
"Sesungguhnya besarnya pahala ditentukan oleh besarnya ujian. Sesungguhnya
apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa
yang ridha maka baginya keridhaan dan barangsiapa yang marah maka baginya
kemarahan." (HR. Bukhari lihat Fathul Baari XI / 6464).
[Ucapan Sahabat dan Salafus Shalih Tentang Ridha dan Sabar]
-----------------------------------------------------------
Umar bin Al Khaththab radhiyallahu'anhu berkata: "Sesungguhnya kebaikan itu
seluruhnya ada pada keridhaan. Dan jika engkau tidak bisa ridha maka
bersabarlah." (Nadhratun Na'im 2133 dan Tahdzib Madaarijus Salikin II/185).
Ibnul Qayyim berkata: "Buah keridhaan adalah kegembiraan dan kebahagiaan
terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala." (Nadhratun Na'im 2124, Ibnu Abid Dunya
dalam At Taqwa).
Hudzaifah berakta: "Sesungguhnya tidaklah Allah menciptakan sesuatu
melainkan bermula dari kecil kemudian membesar kecuali musibah. Allah
menciptakannya bermula dari besar kemudian mengecil." (Bahjatul Majaalis wa
Unsul Majaalis III/352).
Al Fudheil bin Iyadh berkata: "Ridha lebih afdhal daripada zuhud terhadap
dunia. Karena orang yang ridha tidak berangan angan sesuatu yang melebihi
kedudukannya." (Ghidzaa'ul Albaab Syarah Manzhumatul Adaab II/417).
Abu Utsman pernah ditanya tentang sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa
sallam:
"Aku memohon kepada Mu keridhaan sesudah qadha' (ketetapan Allah)."
Ia menjawab: "Karena ridha sebelum qadha' masih berupa azam untuk ridha,
sementara ridha sesudah qadha' itulah sebenar benarnya ridha." (Ghidzaaul
Albaab Syarah Manzhumatul Adaab II/417).
[Kisah Wafat Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam]
-----------------------------------------------
Ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam wafat dan Abu Bakar mendengar
berita duka tersebut ia segera datang dengan mengendarai kudanya dari
tempatnya di As Sunhi. Begitu sampai beliau langsung masuk masjid dan tidak
berbicara kepada siapapun hingga masuk menemui 'Aisyah dan mendatangai
jenazah Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam yang ditutupi kain beludru
hibarah. Abu Bakar menyingkap penutup wajah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
Sallam kemudian bersimpuh mencium beliau kemudian menangis. Ia berkata:
"Ayah dan ibuku jadi tebusannya, Allah tidak akan mengumpulkan dua kematian
atasmu, adapun kematian yang telah ditetapkan atasmu engkau telah
menjalaninya." (Diriwayatkan olah Al Bukhari).
Kemudian Abu Bakar keluar sementara Umar radhiyallahu'anhu sedang berbicara
kepada orang banyak. Abu Bakar radhiyallahu'anhu berkata: "Duduklah hai
Umar!" Namun Umar menolak duduk. Maka orang banyakpun mengalihkan pandangan
mereka kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata:
"Amma ba'du, siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya
Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa menyembah Allah maka Allah adalah Yang
Maha Hidup dan tidak akan mati."
Allah Ta'ala berfirman:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan
memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran: 144).
Ibnu Abbas berkata: "Demi Allah, seolah olah orang banyak tidak mengetahui
bahwa Allah telah menurunkan ayat tersebut hingga Abu Bakar membacakannya.
Maka orang orang pun menerima ucapan Abu Bakar. Tidak aku dengar seorangpun
melainkan ia membacanya."
Ibnul Musayyib berkata: "Umar berkata: "Demi Allah, seolah aku baru tahu
ayat itu ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Akupun terkulai lemas
sehingga dua kakiku tak mampu menopang tubuhku. Hingga aku jatuh ke lantai
ketika aku mendengar Abu Bakar membacakannya. Barulah aku sadari bahwa Nabi
Shallallahu'alaihi wa Sallam benar benar wafat." (Ar Rahiqul Makhtum hal.
452).
[Beberapa Contoh Keridhaan Para Shahabat dan Salafus Shalih]
------------------------------------------------------------
*Al Fudheil bin Iyadh Saat Kematian Anaknya*
Abu Ali rahimahullah berkata: "Aku menyertai Al Fudheil bin Iyadh
rahimahullah selama tiga puluh tahun. Aku tidak pernah melihat beliau
tertawa dan tersenyum kecuali pada hari kematian Ali rahimahullah, anaknya.
Aku bertanya kepadanya: "Apa ini?"
Ia berkata: "Sesungguhnya Allah menyukai suatu urusan dan aku menyukai apa
yang disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala, wa inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un." (Kasyful Kurbah 'Inda Faqdil Ahibbah).
*Empat perkara yang meringankan musibah*
Bazarjamhar ditanya tentang keadaannya pada saat menghadapi musibah. Ia
berkata:
"Aku melakukan empat perkara:
Pertama, aku katakan ini adalah qadha dan takdir yang harus terjadi.
Kedua, aku katakan jika aku tidak bersabar apa lagi yang bisa kulakukan?
Ketiga, aku katakan bisa saja yang terjadi adalah musibah lain yang lebih
besar daripada musibah ini.
Keempat, aku katakan mudah mudahan kemudahan akan segera datang."
(Al Mustathraf fi kulli fannin mustazhraf I/340).
[PERSONAL VIEW]
----------------------
Ada baiknya seorang muslim berbaik sangka kepada Allah terhadap musibah yang
menimpanya. Dan kita pun perlu bersyukur karena dibalik musibah itu insya
Allah ada pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar. Tentu saja ada
hikmah yang juga besar dibalik musibah itu. Suatu contoh. Mungkin pernah
kita dengar seseorang yang dipecat dari perusahaan tempatnya mencari nafkah.
Yang memaksanya untuk membuat usaha sendiri. Di kemudian hari dia menjadi
seorang pengusaha yang sukses.
Tentunya banyak kisah kisah lain yang terjadi di sekeliling kita yang bisa
diambil hikmahnya.
Kita mempunyai harapan dan keinginan, tetapi Allah dengan sifat Nya Yang
Maha Penyayang, menghendaki yang lain. Suatu saat insya Allah bisa kita
pahami hikmah dari musibah yang menimpa kita. Di saat itu kita bisa sadar
penjagaan Allah buat kita. Kita bisa sadar kasih sayang Allah kepada hamba
Nya. Mungkin sambil menangis haru kita bisa berkata lirih,
"Ya Rabb, jangan tinggalkan kami..."
Ringkasan ini dibuat oleh Chandraleka