“Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dirinya akan merasakan manisnya iman, yaitu:
1. Jika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya;
2. Ia mencintai seseorang yang tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah;
3. Ia benci untuk kembali pada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dari kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilempar ke dalam neraka.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.”
[QS. Al-Ahzaab: 36]
* Terkadang orang hanya mengambil/mematuhi yang sesuai dengan keinginannya atau mudah menurutnya dan meninggalkan ketetapan yang lainnya.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.”
[QS. An-Nuur: 63]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian sedang kalian mengetahui.”
[QS. Al-Anfaal: 27]
“Malu dan iman adalah dua hal yang saling melengkapi, ketika salah satunya tercabut maka yang lain pun tercabut.”
[HR. Al-Hakim]
“Hendaklah kalian malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu. Barangsiapa yang malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu, hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, menjaga perut dan apa yang ada di dalamnya, dan hendaklah ia selalu mengingat kematian dan kehancuran badan. Barangsiapa menginginkan kehidupan akhirat, hendaklah meninggalkan perhiasan dunia, dan barangsiapa melakukan hal itu, sungguh, ia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu.”
[HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi, al-Baghawi, al-Hakim]
“Diantara tanda kebaikan Islam seseorang, adalah:
1. Hendaklah ia berkata yang baik atau diam;
2. Dia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya;
3. Janganlah engkau marah;
4. Orang mu’min itu mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.”
[HR. At-Tirmidzi]
“Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin baginya surga.”
[HR. Bukhari, at-Tirmidzi, dan Imam Ahmad]
“Jauhilah perkataan keji, karena Allah tidak menyukai perkataan keji dan mengata-ngatai dengan perkataan keji.”
[HR. Ibnu Hibban, Imam Ahmad, Bukhari]
“Orang ikhlas adalah yang menyembunyikan kebaikan-kebaikan dirinya, sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya.”
[Ya’qub]
“Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya’. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah SWT menyelamatkanmu dari keduanya.”
[Fudhail]
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil.” Ketika ditanya tentang maksudnya, Rasulullah SAW menjawab: ”yaitu riya’.”
[HR. Ahmad, ath-Thabrani, Ibnu Abi ad-Dunya dan al-Baihaqi]
“Riya’ adalah perbuatan yang mengandung unsur dilakukan bukan karena Allah SWT.
Sum’ah adalah amal shaleh yang dilakukan secara diam-diam tapi kemudian diceritakan kepada orang lain.
Semuanya disertai keinginan untuk mendapat pujian.”
[Izuddin Abdussalam]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).”
[QS. Al-Baqarah: 264]
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’.”
[QS. Al-Maa’uun: 4-6]
“Tanda orang munafik ada tiga, yakni:
1. Jika berbicara dia berbohong;
2. Jika berjanji dia mengingkari;
3. Jika diberi amanah dia berkhianat.”
[Muttafaqun ‘alaih]
“Kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kepada surga. Dan sungguh seseorang itu berlaku jujur dan membiasakan diri untuk jujur, hingga akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Dan kedustaan itu menuntun kepada kejahatan, dan kejahatan menuntun kepada neraka. Seseorang itu berdusta dan terus saja berbuat dusta, sampai ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
[Muttafaqun ‘alaih]
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
[QS. Ash-Shaff: 2-3]
“Sebuah pengkhianatan besar ketika engkau bicara pada saudaramu yang percaya kepadamu, tapi kamu malah berdusta kepadanya.”
[HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud]
“Orang beriman diberi tabiat untuk memiliki segala kekurangan selain khianat dan dusta.”
[HR. Imam Ahmad, Bazzaar, al-Baihaqi]
“Allah pasti mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”
[QS. Al-Mujaadilah: 11]
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
[HR. Muslim]
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,’ mereka menjawab: ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk.”
[QS. Al-Baqarah: 170]
“Tidak bergeser kaki seorang hamba di akhirat sampai dia ditanya tentang empat perkara:
1. Tentang umurnya, untuk apa ia pergunakan;
2. Tentang ilmunya, untuk apa ia amalkan;
3. Tentang hartanya, darimana ia dapatkan harta itu dan untuk apa ia keluarkan;
4. Tentang badannya, untuk apa ia pergunakan.”
[HR. Bukhari]
Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila anak Adam mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal:
1. Ilmu yang bermanfaat;
2. Anak shaleh yang mendoakannya;
3. Shadaqah jariyah.”
“Ingatlah Allah dikala senang maka Allah akan mengingatmu dikala engkau susah.”
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.”
[HR. Bukhari]
“Ketahuilah, dengan dzikrullah segala hati akan tenang.”
[QS. Ar-Ra’du: 28]
“Dan sebutlah (nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaan-Nya), serta tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”
[QS. Al-A’raaf: 205]
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang besar.”
[QS. Al-Ahzaab: 35]
“Dan Kami turunkan Al-Qur’an yang merupakan obat penawar dan rakhmat bagi orang-orang yang beriman.”
[QS. Al-Israa’: 82]
“Dan carilah pertolongan dengan sabar dan shalat.”
[QS. Al-Baqarah: 45]
“Setiap muslim yang memohon (selain suatu dosa dan pemutusan hubungan silaturrahim) pasti Allah akan memberi salah satu dari tiga hal:
1. Doanya dikabulkan dengan segera; atau
2. Doanya disimpan untuk di akhirat; atau
3. Lantaran doa tersebut ia dijauhkan dari mara-bahaya sebesar kebaikan yang ia pinta.”
[HR. Imam Ahmad, al-Bazzaar, Abu Ya’la, dan at-Tirmidzi]
“Sesungguhnya Allah itu Maha Malu, lagi Penderma. Dia malu untuk menolak seseorang yang mengangkat kedua tangannya (untuk memohon kepada-Nya) sehingga kembali dalam keadaan hampa sia-sia.”
[HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim]
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
[QS. Al-Baqarah: 186]
“Sesungguhnya apabila kita berjalan mendekati Allah maka Allah akan berlari mendekati kita. Allah lebih dekat daripada jarak antara leher hewan tunggangan kita.”
“Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selagi tidak mengucapkan ‘Aku telah berdoa tetapi mengapa belum dikabulkan’.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab oleh Allah Ta’ala nanti pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalat seorang hamba baik maka dia akan beruntung dan sukses, dan jika shalatnya rusak maka sungguh dia akan merugi.”
[HR. At-Tirmidzi]
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”
[HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud]
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha (shalat ashar). Dan laksanakanlah shalat karena Allah dengan khusyuk.”
[QS. Al-Baqarah: 238]
“Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar (maksiat).”
“Batas antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
[HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah]
“Jangan meninggalkan shalat berjamaah. Shalat berjamaah lebih indah dalam pandangan Allah (meskipun hanya berdua).”
“Barangsiapa ingin bertemu wajah Allah di hari kiamat maka shalatlah di tempat dikumandangkannya adzan (di masjid).”
* Laki-laki diutamakan untuk shalat berjamaah di masjid, sementara wanita diutamakan shalat di rumah.
“Shalat yang paling utama setelah sholat fardlu adalah qiyamul layl (shalat malam).”
[HR. Muslim]
“Sesungguhnya di waktu malam ada saat yang jika seorang muslim berdoa meminta kebaikan kepada Allah dan bertepatan dengan saat tersebut niscaya doanya akan dikabulkan.”
[HR. Muslim]
“Setan membuat tiga ikatan pada tengkuk salah seorang dari kalian ketika tidur. Ia pukulkan pada tiap ikatan itu ucapan ‘Malam masih panjang, tidur lagi sajalah.’ Jika ia bangun lalu berdzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Jika dilanjutkan dengan berwudlu, terurailah ikatan kedua. Dan jika ia sholat lepaslah ikatan yang ketiga. Maka pagi harinya ia bersemangat dan baik kondisi jiwanya. Sebaliknya jika tidak, ia pun jadi malas dan buruk kondisi jiwanya.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun di malam hari kemudian shalat dan membangunkan isterinya kemudian ia pun shalat. Jika isterinya menolak, ia percikkan air pada wajahnya. Semoga Allah merahmati wanita yang bangun di malam hari kemudian shalat dan membangunkan suaminya, jika suaminya menolak, ia percikkan air pada wajahnya.”
[HR. Abu Dawud, an-Nasa’i, Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim]
“Kelezatan dunia ini tinggal tersisa tiga perkara:
1. Qiyamul layl;
2. Berjumpa dengan ikhwan (saudara seiman);
3. Sholat jamaah.”
[Ibnu al-Munkadir]
Aku memakai pakaian harapan
Ketika manusia lelap dalam tidurnya
Aku mengadu kepada Majikanku
Apa yang aku alami
Aku katakan..........
Wahai bekalku di setiap musibah
Yang ketika datang musibah
Aku bersandar kepada-Nya
Aku mengadu kepada-Mu atas semua perkara
Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu
Aku tidak sabar menanggungnya
Aku angkat tanganku dengan sepenuh hatiku
Kepada-Mu wahai Dzat Yang Maha Baik
Manakala aku julurkan tanganku
Janganlah Engkau tolak permohonanku
Wahai Dzat Yang Mengabulkan Doa
Sungguh..........
Lautan kedermawanan-Mu selalu mengalir
Kepada setiap orang yang mencarinya
“Zuhudlah terhadap dunia niscaya kamu dicintai oleh Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia niscaya kamu akan dicintai oleh mereka.”
[HR. Ibnu Majah]
“Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”
[QS. Al-A’laa: 16-17]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
[QS. Al-Munaafiquun: 9]
“Aku sempat bertemu dengan beberapa kaum dan kelompok. Mereka tidak pernah bersuka-cita atas melimpahnya dunia. Pun, tidak pernah berduka-cita atas hilangnya dunia. Di mata mereka, kekayaan dunia itu ibarat tanah.”
[Hasan al-Bashri]
“Adapun orang yang durhaka, lagi mengutamakan kehidupan dunia. Maka neraka Jahimlah tempat tinggalnya. Sedangkan orang yang takut akan kebesaran Rabbnya, lagi menahan diri dari hawa nafsunya. Maka surgalah tempat tinggalnya.”
[QS. An-Naazi’aat: 37 – 41]
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya.”
[QS. Ath-Thalaaq: 2 – 3]
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati.”
[QS. Al- Anbiyaa’: 35]
“Barangsiapa yang ditimpa musibah dan dia mengucapkan ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ dan kemudian berdoa ‘Ya Allah, berilah pahala kepadaku dalam musibah ini dan gantilah dengan yang lebih baik,’ maka Allah SWT akan memberi pahala kepadanya dan Dia akan memberikan gantinya yang lebih baik.”
[HR. Muslim]
“Ujian akan terus datang kepada seorang mu’min atau mu’minah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya, sehingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa.”
[HR. Ahmad, at-Tirmidzi, al-Hakim]
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha niscaya ia akan mendapatkan ridha-Nya. Barangsiapa kesal dan benci niscaya ia akan mendapatkan murka-Nya.”
[HR. At-Tirmidzi]
“Wahai Rasulullah SAW, siapa yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para Nabi, lalu orang yang di bawahnya, seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kuat bertambah cobaannya, dan jika agamanya lembek ia akan diuji sesuai dengan agamanya. Tidaklah seorang hamba diuji hingga ia berjalan di atas bumi tidak lagi mempunyai satu kesalahanpun.”
[HR. At-Tirmidzi]
“Kalaulah bukan karena musibah yang menimpa, pastilah kita memasuki negeri akhirat sebagai orang-orang yang pailit.”
[Salafush Shalih]
“Tidaklah seorang muslim tertimpa kesulitan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan duka cita sehingga duri yang menusuknya kecuali Allah akan menjadikan itu semua sebagai penghapus dosa-dosanya.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
[QS. Al-Hadiid: 22-23]
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang mu’min, semua keadaannya baik dan hal itu tidak dimiliki kecuali bagi seorang mu’min. Jika ia ditimpakan kemudahan, ia bersyukur dan itu lebih baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar dan itu lebih baik baginya.”
[HR. Muslim]
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
[QS. Ali ‘Imraan: 146]
“Tidak akan masuk Jannah (surga), barangsiapa di hatinya ada kesombongan walaupun sebesar dzarrah (partikel yang sangat kecil), sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia.”
[HR. Muslim]
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”
[QS. Al-Israa’: 37]
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
[QS. Lukman: 18]
“(Dikatakan kepada mereka): ‘Masuklah kamu ke pintu-pintu Neraka Jahannam, dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong’.”
[QS. Ghaafir: 76]
“Barangsiapa yang menyukai agar orang lain berdiri menghormatinya, maka bersiaplah untuk menempati tempat duduknya di api neraka.”
[HR. Bukhari dan Abu Dawud]
“Tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) yang ditujukan semata-mata karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”
[HR. Muslim]
“Barangsiapa yang menanggalkan pakaian mewah karena tawadhu’ kepada Allah, padahal ia dapat (kuasa) membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan sekalian manusia kemudian menyuruhnya memilih sendiri pakaian iman mana pun yang ia kehendaki untuk dikenakan.”
[HR. At-Tirmidzi, Imam Ahmad, al-Hakim]
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu’, sehingga seseorang tidak merasa bangga lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya kepada orang lain.”
[HR. Muslim]
“Dan hamba-hamba Rabb Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati.”
[QS. Al-Furqaan: 63]
“Tidaklah berkurang harta karena sedekah; tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan; serta tidaklah seseorang menerapkan sifat tawadhu’ karena Allah kecuali Allah pasti akan mengangkat derajatnya.”
[HR. Muslim, Imam an-Nawawi, ad-Darimi, Imam Ahmad]
“Masing-masing anak manusia adalah pelaku dosa. Namun sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang paling banyak bertaubat.”
[HR. Muslim]
“Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan atau menzhalimi diri sendiri, kemudian memohon istighfar kepada Allah niscaya ia dapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[QS. An-Nisaa’: 110]
“Allah tidak akan mengilhamkan istighfar kepada seorang hamba yang akan diadzabnya.”
* Jika seseorang tidak bersungguh-sungguh dalam bertaubat maka Allah akan membiarkannya dalam kesesatan.
“Menurutku yang termasuk keterperdayaan terbesar adalah terus-menerus berbuat dosa sambil berharap maaf tanpa ada penyesalan, mengharapkan dekat dengan Allah SWT tanpa berbuat ketaatan, menunggu masa panen surga padahal menanam benih neraka, mengharap negeri orang-orang yang taat dengan berbagai kemaksiatan, menunggu balasan tanpa usaha, dan mengharap kepada Allah SWT dengan kelalaian.”
[Yahya bin Mu’adz]
“Janganlah kau merasa aman dari kematian walau sekejap, sehembusan nafas sekalipun. Walau kau halangi kedatangannya dengan pengawal dan penjaga. Sungguh ia pasti datang kepada siapa saja, yang berbaju besi pun yang berperisai. Kau harap selamat tanpa tempuh jalannya. Adakah sampan terkayuh di daratan.”
[Abul-‘Atahiyyah]
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
[QS. Al-An’aam: 82]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”
[QS. An-Nisaa’: 48, 116]
Aisyah Radhiyallaahu ‘anha berkata:
“Orang-orang datang ke Rasulullah SAW dan bertanya tentang dukun-dukun.”
Rasulullah SAW menjawab:
“Mereka itu tidak ada apa-apanya.”
Lalu ada yang berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka kadang-kadang memberitahu kepada kami berita yang benar-benar terjadi.”
Rasulullah SAW menjawab:
“Walaupun terkadang perkataan mereka benar adanya maka sesungguhnya kalimat itu berasal dari kebenaran yang telah dicuri oleh jin dan jin telah mencampuri kebenaran tersebut dengan seratus kebohongan.”
* Kebenaran itu juga menjadi ujian bagi kita apakah kita akan mempercayai segala tipu dayanya dan terjerumus dalam kemusyrikan.
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu menanyakan kepadanya dan dia mempercayainya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.”
[HR. Muslim]
* Kita wajib untuk bersikap bara’ terhadap dukun/ tukang ramal. (bara = membenci karena Allah)
“Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad.”
[HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim]
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’.”
[QS. Az-Zumar: 3]
* Mereka tidak menyadari bahwa itu semua tipu daya syaithan sehingga mereka terjerumus ke dalam perbuatan syirik.
“Barangsiapa bergantung pada sesuatu selain Allah (yang dianggapnya dapat memberi manfaat atau melindunginya), niscaya Allah menjadikan dia bergantung (dititipkan) pada sesuatu tersebut.”
[Imam Ahmad dan at-Tirmidzi]
“Barangsiapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya; dan barangsiapa menggantungkan wada’ah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya.”
[HR. Imam Ahmad]
* Tamimah adalah sesuatu yang dikalungkan sebagai penangkal dan pengusir penyakit atau gangguan pengaruh jahat, dll.
* Wada’ah adalah sesuatu yang diambil dari laut untuk menangkal penyakit, termasuk dalam pengertian ini adalah jimat.
Disebutkan dalam riwayat lain:
“Barangsiapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.”
“Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, dan shafar.”
[HR. Bukhari & Muslim]
* ‘Adwa adalah penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tanpa kehendak dan takdir Allah SWT.
* Thiyarah adalah merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.
* Hamah adalah burung hantu. Merasa bernasib sial melihatnya atau menganggapnya membawa berita kematian.
* Shafar adalah bulan kedua dalam tahun hijriyah. Menganggap bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan. Termasuk menganggap sial/ buruk hari, bulan, atau waktu-waktu tertentu. Hal ini termasuk jenis thiyarah dan dilarang dalam Islam.
“Sesungguhnya thiyarah itu ialah yang menjadikan kamu terus melangkah atau mengurungkan niat (dari keperluanmu).”
[HR. Imam Ahmad]
“Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik; dan tiada seorangpun diantara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadanya.”
[HR. Abu Dawud]
“Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syaithan, dan sebagai tanda-tanda untuk penunjuk (arah dan sebagainya). Karena itu, barangsiapa dalam masalah ini berpendapat selain tersebut, maka dia telah salah dan menyia-nyiakan nasibnya serta membebani diri dengan hal yang di luar batas pengetahuannya.”
[HR. Bukhari]
* Bintang tidak boleh digunakan untuk meramal nasib. Barangsiapa meramal ataupun diramal nasibnya dengan ilmu perbintangan (astrologi) maka ia telah melakukan kesyirikan.
“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
[QS. Al-A’raaf: 131]
“Katakanlah, ‘Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah; jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu; atau jika Allah hendak memberi rakhmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rakhmat-Nya?’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku.’ KepadaNya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”
[QS. Az-Zumar: 38]
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.”
[QS. Al-An’aam : 59]
“Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kegagalan, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,’ tetapi katakanlah: ‘Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,’ karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka (pintu) perbuatan syaithan.”
[HR. Muslim]
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya.”
[QS. An-Nisaa’: 58]
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
[QS. At-Tahriim: 6]
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
[QS. Al-Qashash: 56]
“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh (fitnah) bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[QS. At-Taghaabun: 14]
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal (sebagai mu’minah), karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[QS. Al-Ahzaab: 59]
* Syarat jilbab: menutup seluruh tubuh (kecuali muka dan telapak tangan), tebal tidak tipis, longgar tidak sempit/ketat, tidak membentuk lekukan tubuh, warna/motif tidak mencolok, dan tidak menyerupai pakaian laki-laki.
“Wanita adalah aurat. Apabila ia keluar rumah, syaithan akan mengintainya. Ia akan lebih dekat kepada rakhmat Raab-nya ketika ia berada di dalam rumahnya.”
[HR. At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, ath-Thabrani]
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu.”
[QS. Al-Ahzab: 33]
“Allah melaknat wanita yang mentato dan yang minta ditato kulitnya, wanita yang menyambung rambutnya atau memakai rambut palsu, wanita yang mencukur dan minta dicukur alisnya, wanita yang mengikir giginya agar nampak lebih indah, dan wanita-wanita yang mengubah ciptaan Allah.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum (yang bukan mahramnya) sehingga mereka mencium aromanya, maka ia termasuk wanita pezina.”
[HR. At-Tirmidzi, al-Hakim, Ahmad, Abu Dawud, al-Albani]
* Jika hal-hal tersebut sepele, tentu kita tidak akan mendapatkan teguran keras dari Rasulullah SAW.
“Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.”
[HR. Al-Hakim, adz-Dzahabi, Ahmad, al-Baihaqi, ath-Thabrani]
“Ketaatan isteri terhadap suaminya lebih wajib dibandingkan ketaatannya terhadap ibunya (orang tuanya), kecuali jika suami mengizinkannya.”
[HR. Imam Ahmad]
“Wanita terbaik adalah :
- yang membuat suaminya senang jika ia memandangnya
- yang menaatinya ketika diperintah (meski dalam keadaan apapun, kecuali perintah dalam hal kemaksiatan)
- tidak menyimpangkan diri dan hartanya dengan perkara yang tidak disukai suaminya.”
- yang membuat suaminya senang jika ia memandangnya
- yang menaatinya ketika diperintah (meski dalam keadaan apapun, kecuali perintah dalam hal kemaksiatan)
- tidak menyimpangkan diri dan hartanya dengan perkara yang tidak disukai suaminya.”
[HR. An-Nasa’i, Imam Ahmad, al-Hakim]
“Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidurnya, lalu dia menolaknya, kemudian suaminya dalam keadaan marah, maka si isteri dilaknat oleh para malaikat sampai waktu Shubuh atau sampai suaminya ridha.”
[HR. Bukhari & Muslim]
* Terkecuali isteri dalam keadaan sakit, maka suami yang seharusnya memberikan pengertian dan bersabar.
“Selain puasa Ramadhan, tidak dihalalkan bagi seorang wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya ada, kecuali dengan ijinnya.”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, Imam Ahmad, al-Hakim, ad-Darimi, Ibnu Hibban]
“Wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka.”
[QS. An-Nisaa’: 34]
“Isteri tidak boleh memasukkan orang ke dalam rumah tanpa izin suami, apalagi orang yang tidak disukai oleh suaminya.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasaa’i, Ibnu Majah, ad-Darimi, Imam Ahmad]
“Isteri yang keluar rumah tanpa izin suami, maka malaikat melaknatnya sampai si isteri kembali dan bertaubat (walaupun suaminya dzalim).”
[HR. Ibnu Umar dan al-Baihaqi]
* Bila suaminya dzalim maka Allah-lah yang akan membuat perhitungan dengannya, isteri harus berusaha tetap sabar dan itu lebih baik baginya dan lebih mulia di hadapan Allah SWT.
“Janganlah wanita safar (bepergian jauh) kecuali bersama mahramnya.”
[HR. Muslim]
Nabi SAW bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Mereka melaknat (mencela) kepada suami, kufur (mengingkari) kebaikan suami. Jika sekiranya engkau berbuat baik kepadanya, kemudian ia melihat ada sedikit saja kekurangan (sesuatu yang tidak ia sukai pada dirimu), ia akan mengatakan ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu’.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Allah tidak akan memandang seorang isteri dengan pandangan rakhmat, yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal isteri butuh padanya.”
[HR. An-Nasaa’i, al-Baihaqi, al-Hakim]
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka sungguh aku perintahkan seorang isteri untuk sujud kepada suaminya disebabkan besarnya hak suami atas isterinya.”
[HR. Abu Dawud]
Agar isteri mendapat ridho suami:
1. Selalu bersikap transparan (tidak menyembunyikan sesuatu apapun), tidak berkhianat atas kepercayaan dan harta yang diberikan.
2. Senantiasa berupaya agar suami bahagia, selalu berkata-kata lembut dan bermanis muka, serta bersifat qana’ah (merasa cukup).
3. Menyayangi & menghormati keluarga suami (terutama orang tuanya). Menghormati orang tua suami selayaknya menghormati suami. Jangan menunjukkan rasa ketidaksukaan pada keluarga suami. Menyakiti keluarga suami berarti menyakiti hati suami.
4. Senantiasa berupaya mendapatkan kasih sayang suami dan menghindarkan kekecewaan & kemarahan suami, melayani suami dengan penuh keikhlasan kepada Allah, dan sabar ketika mendapati hal-hal yang mengecewakan atau tidak sesuai keinginan.
5. Jadikan rumah sumber ketenangan, jangan menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan/ merisaukan/ membuat marah, dan jagalah anak-anak ketika suami sedang istirahat (jangan sampai terganggu).
6. Perhatikan makanan dan waktu tidurnya.
7. Jagalah penglihatan dan penciumannya, jangan biarkan rumah berantakan & kotor, perhatikan dandanan (bersolek & wangi di hadapan suami sangat dianjurkan kecuali di depan orang lain yang bukan muhrim).
8. Hindari pikiran yang menimbulkan kemarahan. Redam amarah, berlindunglah dari gangguan syaithan, dan basahi lisan dengan dzikrullah.
“Janganlah engkau bergembira di hadapannya ketika ia sedang bersedih. Janganlah engkau bersedih hati ketika ia sedang gembira. Karena sikap pertama merupakan bentuk kelalaian dan sikap kedua merupakan bentuk pengaburan.”
“Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, kecuali isterinya yang dari bidadari bermata jeli (huurun ‘iin) berkata: ‘Janganlah kau sakiti dia, semoga Allah mencelakakanmu, maka tidak lain dia di sisimu hanya seorang asing (pendatang) yang sebentar lagi akan meninggalkanmu menuju kepada kami.”
[HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad]
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, untuk berkabung terhadap mayit lebih dari tiga malam, kecuali atas kematian suami, maka masa berkabungnya adalah empat bulan sepuluh hari.”
[Muttafaqun ‘alaih]
“Wanita adalah penanggung jawab di rumah suaminya. Dia bertanggung jawab melayani suami, mendidik anak-anaknya, dan menjaga hartanya.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.”
* Hendaklah seorang ibu mengajarkan keutamaan akhlak.
“Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Allah itu Maha Mulia dan menyukai akhlak yang mulia.”
“Kaum mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka. Dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.”
[HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban, Abu Dawud, al-Hakim]
“Sebaik-baik mu’min adalah yang paling baik terhadap isterinya, dan Rasulullah SAW adalah yang paling baik terhadap isterinya.”
“Janganlah seorang mu’min benci kepada seorang mu’minah sebab jika benci terhadap salah satu perangai maka akan rela dengan akhlak yang lainnya.”
[HR. Bukhari]
* Disamping kekurangan tentu juga akan ditemukan banyak kelebihan pada dirinya.
“Dan nasehatilah wanita dengan lemah lembut. Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk atas adalah yang paling bengkok. Jika engkau terlalu keras meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Dan jika tidak berusaha kau luruskan, maka ia akan tetap bengkok.”
“Jika kamu makan maka berilah dia makan, bila kamu berpakaian berilah dia pakaian, jangan memukul bagian wajah, jangan mencela, dan janganlah kamu mendiamkan kecuali di rumah saja.”
[HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah]
Iblis berkata: “Aku tidak beranjak dari manusia sampai aku pisahkan antara dirinya dengan isterinya; dan aku menjadikannya sebagai teman dekat.”
[HR. Muslim]
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”
[QS. Al-Israa’: 23-24]
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Terserah engkau, apakah menyia-nyiakan pintu itu atau memeliharanya.”
[HR. At-Tirmidzi]
“Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya: ‘Wahai Rasulullah! Siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan baikku?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya: ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya lagi: ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab: ‘Ibumu.’ Lelaki tadi bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Beliau menjawab: ‘Ayahmu.”
[HR. Bukhari & Muslim]
* Kewajiban utama seorang laki-laki adalah terhadap ibunya, sementara kewajiban utama seorang isteri adalah terhadap suaminya.
“Janganlah kalian membenci ayah kalian, barangsiapa membenci ayahnya, berarti itu adalah kekufuran.”
[HR. Bukhari & Muslim]
Rasulullah SAW bersabda:
“Maka wajib bagi kalian berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa’ur-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah dengan kuat Sunnah itu dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian.
Dan janganlah sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, sebab setiap yang baru adalah bid’ah, setiap yang bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.”
[HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi]
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kalian melakukan suatu amal yang tidak sesuai dengan perintahku, maka amalan tersebut tertolak.”
[HR. Muslim]
Rasulullah SAW bersabda:
“Akan terpecah umatku menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di dalam neraka kecuali satu golongan saja, yaitu yang berada pada apa yang aku dan shahabatku ada di atasnya.”
[HR. At-Tirmidzi, Syaikh al-Albani]
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku ini (yaitu masa para sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’ut-tabi’in).”
[HR. Bukhari & Muslim]
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
[QS. An-Nisaa’: 59]
“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah SAW. Karena sesungguhnya mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus.”
[Abdullah bin Mas’ud Radhiyallaahu ’anhu]
“ Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para Shahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan darinya. Dan ikutilah jalan Shalafush Shalih karena akan mencukupi kamu apa saja yang mencukupi mereka.”
[Imam al-Auza’i Rahiimahullaah]
“Hendaklah kamu berpegang kepada atsar Shalafush Shalih meskipun orang-orang menolaknya, dan jauhkanlah dirimu dari pendapat orang lain meskipun ia hiasi pendapatnya dengan perkataannya yang indah.”
[Imam al-Auza’i Rahiimahullaah]
“Jika ada seseorang berada di atas atsar (Sunnah), maka sesungguhnya ia berada di atas jalan yang lurus.”
[Muhammad bin Sirin Rahiimahullaah]
“Dan janganlah kalian campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kalian mengetahuinya.”
[QS. Al-Baqarah: 42]
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat.”
[QS. An-Nuur: 30-31]
“Pandangan itu adalah panah beracun Iblis. Barangsiapa menundukkan pandangannya karena Allah SWT, Dia akan berikan kepadanya kenikmatan dalam hatinya yang akan ia rasakan sampai bertemu dengan-Nya.”
[HR. Ath-Thabrani dan al-Hakim]
“Tidaklah seorang mu’min itu memandang kecantikan wanita lalu menundukkan pandangannya kecuali Allah menjadikan hal itu sebagai ibadah baginya, yang ia merasakan kemanisannya.”
[HR. Imam Ahmad]
* Pandangan pertama yang jatuh pada wanita tersebut karena tidak disengaja dan kemudian berpaling dalam rangka wara’. (wara’ = menjauhi sesuatu karena ibadah kepada Allah).
“Janganlah sekali-kali kaum lelaki berkhalwat (menyepi) dengan wanita kecuali ia bersama mahramnya.”
[HR. Muslim]
“Ingat, tidaklah seorang dari kalian berduaan dengan wanita, kecuali setanlah pihak ketiganya.”
[HR. An-Nasaa’i, Imam Ahmad, al-Baihaqi]
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain (ghiibah). Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”
[QS. Al-Hujuraat: 12]
Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai pengertian ghiibah, beliau menjawab: “Engkau menyebut saudaramu dengan perkara yang tidak ia sukai.”
“Jika benar ia seperti yang kau katakan, engkau telah mengghiibahnya. Jika tidak, maka engkau telah memfitnahnya.”
[HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Hibban]
“Siapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim ketika ia tidak ada, menjadi hak Allah untuk membebaskannya dari api neraka.”
[HR. Imam Ahmad dan ath-Thabrani]
“Dan berbuat baiklah kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.”
[QS. An-Nisaa’: 36]
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
[QS. Fushshilat: 34]
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
[QS. Al-Ahzaab: 58]
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam,yaitu:
1. Apabila engkau berjumpa dengannya maka ucapkanlah salam;
2. Bila ia mengundangmu maka penuhilah undangannya;
3. Bila ia minta nasihat maka nasihatilah;
4. Bila ia bersin lalu mengucapkan Tahmid (Alhamdulillah) maka doakanlah (dengan ucapan ‘Yarhamukallaah’);
5. Bila ia sakit maka jenguklah;
6. Bila ia wafat maka iringilah jenazahnya.”
[HR. Muslim]
“Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada taqwa.”
[QS. Al-Maaidah: 8]
“Celakalah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain) mereka mengurangi.”
[QS. Al-Muthaffifiin: 1-3]
“Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap.”
[HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi]
“Ada tiga golongan yang Allah SWT tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat, tidak melihat kepada mereka, tidak mensucikan dosa mereka, dan bagi mereka adalah adzab yang pedih. Mereka itu adalah orang yang isbal, orang yang mengungkit-ungkit pemberian (jasa), dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.”
[HR. Muslim]
“Apa yang di bawah kedua mata kaki dari kain sarung(celana) maka tempatnya adalah di neraka.”
[HR. Bukhari]
“Dan angkatlah sarung hingga separuh betis, jika engkau tidak mau maka turunkanlah sampai kedua mata kaki, dan berhati-hatilah kamu dari berbuat isbal (melabuhkan kain di bawah mata kaki) dikarenakan isbal adalah termasuk bagian dari kesombongan, dan Allah tidak mencintai kesombongan.”
[HR. Abu Dawud, Imam Ahmad, Ibnu Hibban, al-Baihaqi]
“Potonglah kumis dan peliharalah jenggot, selisihilah orang-orang kafir (kaum musyrikin).”
[HR. Bukhari, Muslim, an-Nawawi]
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk ke dalam golongannya.”
“Emas dan sutera dihalalkan bagi kaum wanita dari kalangan umat kami, dan diharamkan bagi kaum laki-lakinya.”
[HR. An-Nasaa’i]
Ketika Nabi SAW melihat seorang laki-laki memakai cincin emas di tangannya, maka beliau meminta supaya melepas dan melemparkannya ke tanah seraya bersabda:
“Salah seorang dari kalian sengaja mengambil bara api neraka dan meletakkannya di tangan.”
[HR. Muslim]
“Akan datang suatu kaumku yang mereka itu menghalalkan khamr (minuman keras), zina, dan musik.”
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah (dan sejenisnya) adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu syaithan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti? ”
[QS. Al-Maaidah: 90-91]
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
[QS. Al-Israa’: 32]
“Nyanyian adalah seruling syaithan.”
“Musik melalaikan manusia dari mengingat Allah dan membuat hati menjadi keras.”
""Ummu Firdhaus""
""Ummu Firdhaus""